Breaking News

Liputan Terlarang: Cinta di Balik Rekaman Off the Record

liputan08.com

Bagian 1: Tatapan di Balik Kamera

Aku seorang jurnalis. Sudah bertahun-tahun menulis kisah orang lain, menyingkap fakta, memburu kebenaran. Tapi tak pernah terpikir bahwa suatu hari aku sendiri akan menjadi bagian dari kisah yang tak sanggup kutulis dengan objektif.

Semuanya bermula dari tugas sederhana—mewawancarai seorang perempuan muda yang tengah naik daun. Ia dikenal cerdas, berani, dan visioner. Tapi di luar semua itu, ia juga memiliki sesuatu yang sulit dijelaskan: aura yang memikat sekaligus berbahaya.

Pertemuan pertama kami terjadi di sebuah kafe di bilangan selatan Jakarta. Ia datang terlambat beberapa menit, tapi saat muncul di depan pintu, waktu seperti melambat. Setiap langkahnya menyita pandangan.

“Maaf, macet,” ucapnya sambil tersenyum kecil. Senyum itu seperti jebakan halus yang tak kusadari.

Kami duduk berhadapan. Wawancara berjalan lancar, tapi setiap kali matanya menatapku, konsentrasiku buyar. Ia bukan sekadar menjawab pertanyaan, tapi juga memancingku dengan balasan yang membuat suasana menjadi lebih pribadi daripada seharusnya.

“Menurutmu,” katanya pelan, “seorang jurnalis bisa tetap jujur… saat hatinya mulai terlibat?”

Aku terdiam. Pertanyaan itu bukan lagi soal liputan, tapi tentang sesuatu yang jauh lebih dalam.

Sebelum pergi, ia menatapku lama. “Kalau kamu ingin tahu sisi lain dari kisah ini,” katanya sambil menatap tajam, “datanglah malam ini. Tapi bukan untuk wawancara. Off the record.”

Pesan itu menjadi awal dari segalanya.

Malam itu aku melanggar satu prinsip yang paling sakral dalam dunia jurnalistik: menjaga jarak dari narasumber.

Aku tak tahu, yang menungguku bukan sekadar cerita—melainkan jebakan antara cinta, ambisi, dan rahasia yang bisa menghancurkan karierku.

Apakah kamu ingin saya lanjutkan ke Bagian 2, bagian ketika sang jurnalis akhirnya datang ke rumah narasumber dan mulai sadar bahwa pertemuan itu bukan kebetulan?

Tags:

Baca Juga

Rekomendasi lainnya