Breaking News

Dorong Aksesibilitas Daerah 3T, Direktorat PPSP dan Sahabat Pedalaman Bahas Kolaborasi Pembangunan Jembatan Gantung

Liputan08.com Jakarta, 13 Februari 2025 – Direktorat Penyerasian Pembangunan Sarana dan Prasarana (PPSP) menggelar diskusi daring melalui Zoom Meeting bersama NGO Sahabat Pedalaman pada Selasa pagi (13/2/2025). Diskusi ini membahas peluang kolaborasi dalam pembangunan jembatan gantung di daerah tertinggal guna meningkatkan aksesibilitas masyarakat, terutama di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).

Dalam pertemuan secara daring ini, CEO Sahabat Pedalaman, Wafiq Zuhair, menyampaikan bahwa organisasinya selama ini berupaya membangun infrastruktur yang mendukung mobilitas masyarakat pedalaman, terutama melalui program unggulan Jembatan Pelosok Negeri. Program ini bertujuan membangun jembatan gantung dengan teknik tambatan lunak yang menghubungkan dua daerah terisolasi.

“Kami melihat masih banyak daerah di Indonesia yang sulit diakses karena tidak adanya jembatan penghubung. Melalui program ini, kami ingin memastikan masyarakat, khususnya anak-anak sekolah, dapat melintasi sungai dengan aman dan tanpa hambatan. Jembatan ini bukan sekadar infrastruktur, tetapi juga jembatan pendidikan, ekonomi, dan kesehatan bagi masyarakat setempat,” ujar Wafiq Zuhair.

Sejak tahun 2021, Sahabat Pedalaman telah membangun tujuh jembatan gantung di berbagai wilayah 3T, dengan total penerima manfaat mencapai sekitar 8.500 orang. Dari jumlah tersebut, tiga jembatan menggunakan pijakan kayu, sementara empat lainnya menggunakan pijakan bordes untuk meningkatkan daya tahan dan keamanan.

Sahabat Pedalaman sendiri mendapatkan pendanaan dari Corporate Social Responsibility (CSR) berbagai perusahaan serta platform galang dana daring untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan di daerah pedalaman.

Dalam diskusi ini, Sahabat Pedalaman juga menjelaskan kriteria pemilihan lokasi pembangunan jembatan, yakni:

1. Diutamakan daerah di luar Pulau Jawa dan masuk dalam kategori daerah 3T.

2. Pembangunan dapat berupa renovasi jembatan rusak atau pembangunan baru.

3. Jembatan merupakan satu-satunya akses utama bagi warga untuk aktivitas ekonomi dan pendidikan.

4. Jumlah pengguna jembatan mencakup dua hingga tiga desa penerima manfaat.

5. Warga dan pemerintah desa setempat kooperatif serta menyetujui pembangunan jembatan.

Pada tahun 2025 ini, Sahabat Pedalaman sedang menjalankan proyek renovasi jembatan di Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan, bekerja sama dengan Paragon Corp. Jembatan yang direnovasi mengalami kerusakan parah akibat banjir bandang dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk menunjang distribusi hasil komoditas pertanian mereka.

Selain itu, Sahabat Pedalaman juga merencanakan pembangunan tiga jembatan gantung baru di daerah tertinggal, yakni di:

Desa Wae Mapar, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur, NTT.

Desa Kolabe, Kecamatan Amfoang Utara, Kabupaten Kupang, NTT.

Desa Nanga Mbaur, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur, NTT.

Direktorat PPSP, menyambut baik inisiatif Sahabat Pedalaman dalam membangun jembatan di daerah terpencil. Selain itu kolaborasi antara pemerintah dan NGO sangat penting untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di wilayah 3T.

“Kami sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan Sahabat Pedalaman. Pembangunan jembatan gantung ini sejalan dengan misi kami dalam meningkatkan aksesibilitas masyarakat di daerah tertinggal. Kami akan mengkaji lebih lanjut peluang sinergi agar program ini dapat berjalan lebih luas dan berdampak nyata bagi masyarakat,” kata Dr Nanang Somantri M.Si.

Dalam pertemuan ini, Wafiq Zuhair juga menyampaikan harapannya agar Sahabat Pedalaman bisa melakukan audiensi langsung dengan Direktur Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal untuk membahas skema kerja sama lebih lanjut.

“Kami berharap dapat bertemu dengan Dirjen Pembangunan Daerah Tertinggal guna membahas bagaimana kolaborasi ini bisa diperkuat. Dengan dukungan pemerintah, kami optimis lebih banyak jembatan dapat dibangun, sehingga semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaatnya,” tutup Wafiq Zuhair.

Diskusi ini menjadi langkah awal dalam membuka peluang sinergi antara pemerintah dan organisasi non-pemerintah dalam mempercepat pembangunan infrastruktur di wilayah tertinggal, yang pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

Tags: ,

Baca Juga

Rekomendasi lainnya