
Liputan08.com Jakarta – Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum (JAM-Pidum) Prof. Dr. Asep Nana Mulyana menyetujui penghentian penuntutan terhadap empat perkara melalui mekanisme Restorative Justice (RJ) dalam ekspose virtual pada Senin, 3 Februari 2025. Salah satu kasus yang disetujui adalah perkara penggelapan yang melibatkan tersangka Ilham bin Suparni di Singkawang.
Tersangka Ilham bin Suparni, seorang marbot Masjid Al-Hikmah, meminjam sepeda motor milik Jusmadi bin Jainudin dengan alasan ingin membeli rokok. Namun, setelah ditunggu hingga malam, tersangka tidak kunjung mengembalikan motor tersebut. Jusmadi kemudian melaporkan kejadian ini ke Polsek Singkawang Barat. Diketahui, tersangka berniat menjual motor untuk membayar utang. Polisi pun menangkap tersangka beserta barang bukti.
Kajari Singkawang Andi Adikawira Putera, S.H., M.H., bersama Kasi Pidum Heri Susanto, S.H., M.H., menginisiasi penyelesaian perkara ini melalui mekanisme RJ. Dalam proses mediasi, tersangka mengakui kesalahannya, meminta maaf kepada korban, dan korban dengan sukarela menerima permintaan maaf serta meminta agar proses hukum dihentikan.
“Kami menilai unsur keadilan restoratif terpenuhi karena adanya perdamaian yang dilakukan secara sukarela dan tersangka berjanji tidak mengulangi perbuatannya,” ujar JAM-Pidum Prof. Dr. Asep Nana Mulyana.
Selain kasus di Singkawang, JAM-Pidum juga menyetujui penghentian penuntutan terhadap tiga perkara lain, yakni kasus penganiayaan oleh Muhammad Iqbal bin Sarno (Kejari Kabupaten Tegal), kasus penipuan oleh Khutziatul Hidayah binti Sukardi (Kejari Rembang), dan kasus penggelapan dalam jabatan oleh Aldi Setiawan bin (Alm) Syaripudin (Kejari Kota Tangerang).
Menurut JAM-Pidum, penghentian penuntutan diberikan dengan mempertimbangkan bahwa tersangka telah berdamai dengan korban, belum pernah dihukum, baru pertama kali melakukan tindak pidana, serta ancaman pidananya tidak lebih dari lima tahun. Selain itu, perdamaian dilakukan secara sukarela tanpa tekanan, dan masyarakat merespons positif.
Sementara itu, permohonan RJ untuk tersangka Muhammad Jamik bin Abu Bakar (Kejari Kudus) yang terjerat kasus penganiayaan tidak dikabulkan karena bertentangan dengan nilai-nilai dalam Peraturan Jaksa Agung Nomor 15 Tahun 2020 tentang Restorative Justice.
“Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan aspek hukum dan moral. Kami memastikan RJ hanya diberikan kepada mereka yang benar-benar memenuhi syarat,” tegas JAM-Pidum.
Penulis:Zakar
Tags: JAM-Pidum Setujui 4 Kasus Restorative Justice, Termasuk Penggelapan di Singkawang
Baca Juga
-
25 Des 2024
Wamenpar Bersama Pemkab Bogor Pantau Langsung Kesiapan Fasilitas dan Keamanan Wisata Taman Safari Selama Liburan Nataru
-
23 Apr 2025
510 Personel Dikerahkan Buru KKB dan Temukan Iptu Tomi yang Hilang di Rimba Papua
-
13 Mar 2025
Polres Purworejo Tangkap Pengedar Sabu, Amankan Sejumlah Barang Bukti
-
24 Okt 2024
Rapat Koordinasi KPUD dan Pemkab Bogor Bahas Penertiban APK Jelang Pilkada 2024
-
31 Des 2024
Tingkatkan Kenyamanan Ibadah Natal dan Tahun Baru, Satgas Pamtas RI-RDTL Gelar Karya Bhakti di Kapela Santu Yoseph
-
25 Okt 2024
Pj. Bupati Bogor Bachril Bakri Tinjau Sumber Air Ciburial di Ciomas, Pastikan Kualitas Air Bersih Terjaga
Rekomendasi lainnya
-
08 Mar 2025
Satgas Damai Cartenz Gagalkan Penyelundupan Senjata Senilai Rp1,3 Miliar untuk KKB di Puncak Jaya
-
17 Jan 2025
LAPPOR Desak Tuntaskan Dugaan Korupsi Dana Hibah KONI Sultra, BPK Sebut Temuan Rp115 Juta dan Sisa Rp2 Miliar Belum Dikembalikan
-
12 Sep 2025
Ketua DPRD Kabupaten Bogor Sastra Winara Apresiasi Kunjungan Bupati Rudy ke Tambang Emas PT Antam di Nanggung
-
12 Apr 2025
Aktivis Sumut Dukung Jampidsus, Ingatkan KPK Tak Jadi Alat Pelemah Penegakan Hukum
-
09 Des 2024
KH Achmad Yaudin Sogir Serukan Perda Tata Drainase untuk Cegah Banjir di Kabupaten Bogor
-
04 Nov 2024
Anak-Anak Keikey Sambut Hangat Kegiatan Komsos Satgas Yonif 6 Marinir di Yahukimo